Dari Seniman, Ormas Hingga Mahasiswa Komentari Selebgram Ummu Hani
SUNGKAINEWS.COM, KALIANDA - Sejumlah elemen masyarakat di Lampung Selatan (Lamsel) baik dari kalangan
seniman, aktivis maupun ormas tampaknya mulai gerah dengan sejumlah postingan
di sejumlah platform sosial media (Sosmed) belakangan ini yang dinilai tidak
objektif, tendensius dan politis oleh seorang konten kreator lokal asal
Lampung.
Adalah Ummu Hani, seorang konten kreator yang mengaku
berasal dari Tanjung Bintang itu, kerap mendiskreditkan Pemerintah Daerah
Kabupaten Lampung Selatan dengan cara yang tidak objektif, tendensius hingga
bernuansa politis melalui sejumlah postingan kontennya berupa video dan foto
melalui akun Instagram @ummuhanni89.
Alhasil banyak kalangan menilai, postingan sang
selebgram tersebut merupakan pesanan atau telah di-endorse oleh pihak-pihak yang memiliki tujuan tertentu.
Belakangan terungkap, jika postingan dengan konten
masalah jalan rusak itu ternyata hanya di blow-up
oleh sang selebgram tersebut hanya di wilayah kecamatan-kecamatan tertentu saja
yang tergabung didalam salah satu daerah pemilihan (Dapil) di Lampung Selatan.
Yakni Kecamatan Tanjung Bintang, Merbau Mataram dan Tanjung Sari.
Mirisnya lagi, konten-konten tersebut kerap gencar
diproduksi dan disebar hanya pada tahun-tahun politik saja, seperti pada 2020
lalu dan pilkada serentak 2024 ini.
Zulian (53) seorang seniman tari di Kota Kalianda kepada
media ini mengungkapkan keresahannya atas eksistensi sang konten kreator
tersebut memproduksi konten yang tidak pada tempatnya. Padahal, sambung Zulian,
Ummu Hani tersebut ternyata merupakan seorang Brand Ambassador Pariwisata
Lampung.
Menurut dia sebagai seorang seniman, awalnya dia menilai
postingan akun IG @Ummuhanii89 tersebut memang sebuah kreasi, sebuah cara yang
unik untuk menyampaikan aspirasi agar segera mendapatkan perhatian pihak
terkait.
"Awalnya kami cukup terkejut mendengar adanya
informasi itu, bahwa banyak postingan konten dari sang selebgram itu
terindikasi merupakan pesanan dari pihak tertentu yang memiliki tujuan dan
kepentingan yang terselubung," kata Zulian, Kamis 16 Mei 2024.
"Alhasil, saya bersama sejumlah rekan seniman
lainnya mencoba menindaklanjuti dengan melakukan riset kecil-kecilan, dengan
men-scroll sejumlah akun medsosnya guna mendapatkan data dan informasi yang
objektif secara langsung. Dan ternyata, dugaan tersebut adalah fakta yang tak
terbantahkan," imbuh anggota aktif dari Sanggar Tari Beringin Jaya Kalianda
itu.
Menurut Zulian, apalagi sebagai seorang brand ambassador
pariwisata di Provinsi Lampung, idealnya sang konten kreator itu tidak keluar
dari pakemnya sebagai seorang promoter destinasi pariwisata. Berkreasilah
sesuai dengan identitas dan citra diri dia selama ini sebagai duta wisata di
Bumi Rua Jurai.
"Apalagi ini kan ternyata terindikasi muatannya
politis, tendensi atas pesanan oleh pihak-pihak tertentu dengan kepentingan
politik. Hal semacam ini menjadikan sebuah pembodohan bagi masyarakat. Mending
juga tunjukkan identitas sebagai duta wisata dengan ngonten mempromosikan
destinasi-destinasi pariwisata yang ada di Lampung Selatan. Selain berpeluang
mendapatkan cuan, juga dapat dijadikan ladang amal karena bisa membantu
perekonomian masyarakat setempat," imbuh pengurus Dewan Kesenian Lamsel
(DKLS) ini.
Sementara, Ketua Umum GML (Gema Masyarakat Lokal)
Lampung, Rizal Anwar mengaku gregetan terhadap unggahan-unggahan konten kreator
tersebut, terlebih dengan sejumlah unggahan video singkat (Reel) yang mengumbar
ujaran kebencian (Hate Speech) dan tuduhan tak berdasar terhadap sejumlah tokoh
di Lampung Selatan.
"Bisa saya pastikan konten (Video) itu sudah masuk
ranah pidana. Saya tak mempermasalahkan apa yang diaspirasikan, tapi alangkah
eloknya sesuatu yang baik, disampaikan juga dengan cara yang baik. Tak perlu
memaki-maki dan menuduh-nuduh orang seperti itu," ucap Rizal Anwar dengan
nada tinggi.
Untuk itu, Rizal mengungkapkan bahwa GML menyatakan
menolak keras upaya black campaign
untuk menjatuhkan nama baik seseorang, seperti yang telah dilakukan oleh konten
kreator tersebut, apalagi upaya itu dilakukan dengan cara-cara yang
bersinggungan dengan hukum.
"Dengan ini saya imbau kepada semua pihak supaya
berlaku santun dalam berpolitik. Sebagai orang Indonesia, kita dikenal dengan
budaya yang luhur dan sopan santun, berikanlah contoh yang baik kepada
masyarakat," tukasnya.
Terpisah, Sekjen BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) STIH
Muhammadiyah Lampung Selatan, Meda Oktarian turut mengungkapkan suara
pendapatnya terkait masalah konten kreator yang umumnya memiliki genre
mempromosikan produk-produk perekonomian.
Kendati demikian menurut mahasiswa jurusan hukum itu,
fenomena konten kreator merambah dunia politik sebenarnya bukanlah sebuah hal
yang tabu.
Namun begitu, sebagai seorang duta atau utusan yang
menjadi publik figur juga memiliki tanggung jawab kepada diri sendiri dan
khalayak luas atas buah karyanya yang bakal disebarluaskan di tengah
masyarakat.
Meda Oktarian mengamini apa yang disampaikan oleh Ketua
Umum GML, Rizal Anwar supaya apa yang dilakukan hendaknya dilakukan dengan
cara-cara yang santun dan simpatik, yang pastinya akan juga mendapatkan respon yang
positif.
"Belakangan ini profesi sebagai seorang konten
kreator memang sudah menjadi trend dan bahkan cukup menjanjikan sebagai sebuah
profesi, tapi tetaplah tunjukkan rasa hormat dengan siapapun itu," kata
Meda.
Dengan begitu, lanjut Meda, akan menciptakan sebuah
korelasi yang harmonis antara masyarakat dengan pemangku kepentingan.
Sehingganya hubungan itu bakal berkelanjutan secara kontinyu untuk kepentingan bersama
masyarakat secara luas.
"Maksud saya begini, dengan cara santun dan
simpatik itu pasti bakal berkelanjutan dengan silaturahmi dalam situasi
harmoni. Seperti contoh, setelah memviralkan sesuatu kemudian ditindaklanjuti
dengan sebuah pembangunan oleh pihak terkait, attitude itu diperlukan. Seperti dengan cara ucapan terima kasih di
konten berikutnya," tambah Meda.
Namun, masih kata Meda, jika hanya masalah-masalah
tersebut saja yang dikemukakan, tanpa hal yang baik yang telah ditindaklanjuti
ikut dipromosikan, itu lah yang dianggap tidak objektif dan sama saja dengan
hanya mencari-cari kesalahan dengan panggung dunia digital.
"Itulah yang dinamakan sinergi, banyak contoh para
pengkritik bisa menjadi partner pemerintah dengan informasi-informasi yang ada
di bawah. Artinya, sesuatu hal jika dilakukan dengan cara simpatik, tentunya
akan mendapatkan juga tanggapan yang simpatik. Karena sejatinya semua orang itu
punya harga diri, punya martabat yang selalu ingin dijaga," pungkasnya.
Sementara itu, sang konten kreator Ummu Hani
dikonfirmasi melalui aplikasi perpesanan WhatsApp, membantah jika dirinya telah
di-endorse oleh pihak-pihak tertentu.
Dia mengatakan apa yang dilakukannya semuanya murni dari aspirasi dirinya.
"Silahkan dicek dgn sebenarnya, dengan teliti klo
emg saya disinyalir di duga adanya endorse. Mau di cari sampe kelobang semut juga,
ga akan ada. Krn sampai detik ini saya independent tanpa campur tangan siapapun.
Smua murni, aspirasi dari diri saya sendiri," tulis Ummu Hani dalam
balasan chat Aplikasi WhatsApp. (*)